Kumpulan Lirik

Nyanyian rindu untuk Ibu - Ebiet G Ade

Tubuhmu yang terbungkuk
Tersandar lemah di kursi kayu tua
Jemari kurus terkulai menggenggam pena
Engkau goreskan sajak
Sisa rambutmu perak tinggal segenggam
Terbaca pahit kerasnya perjalanan
Nampaknya ingin kau tumpahkan seluruhnya
Di dalam puisi
Dari alis matamu terbentuk garis
Guratan kokoh jiwa
Angin yang deras menghempas tak kau hiraukan
Batinmu kuat bertahan
Meskipun raga semakin rapuh
Tak pernah risau selalu tersimpul senyum
Sepantasnya lah ku jadikan suri teladan
Potret perjuangan
Oo ohh Ibu..
Ada yang ingin ku tanyakan padamu
Hasil panen nan kemarau ini
Sesubur panen yang kita petik bersama
Oo ohh Ibu..
Apa kabar sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam di telan zaman
Setelah cucumu lahir
Aku lebih faham betapa beratnya
Membesarkan dan setia melindungi
Semua anak-anakmu
Kita yang selalu hidup sederhana
Kau sanggup mengasuh hingga kami dewasa
Dengarkanlah nyanyian yang aku peruntukkan
Buatmu Ibu
Oo ohh Ibu..
Ada yang ingin ku tanyakan padamu
Hasil panen nan kemarau ini
Sesubur panen yang kita petik bersama
Oo ohh Ibu..
Apa kabar sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam di telan zaman





Lagu untuk sebuah nama  - Ebiet G Ade

Mengapa jiwaku mesti bergetar
Sedang musik pun manis ku dengar
Mungkin karena ku lihat lagi
Lentik bulu matamu, bibirmu,
Dan rambutmu yang kau biarkan
Jatuh berderai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta
Mengapa aku mesti duduk disini
Sedang kau tepat di depanku
Mestinya aku berdiri berjalan ke depanmu
Ku sapa, dan ku nikmati wajahmu
Atau ku isyaratkan cinta
Tapi semua tak ku lakukan
Kata orang cinta musti berkorban
Mengapa dadaku mesti berguncang
Bila ku sebutkan namamu
Sedang kau di ciptakan bukanlah untukku
Itu pasti, tapi aku tak mau peduli
Sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar ku cumbui bayangmu
Dan ku sandarkan harapanku





Berjalan di hutan cemara - Ebiet G Ade 

Berjalan, di hutan cemara
Langkahmu terasa kecil dan lelah
Makin dalam lagi
Ku di telan fatamorgana
Tebing tanah basah
Di pinggir jalan setapak
Seperti garis wajahmu
Teduh dan kasih
Makin dalam lagi
Ku di cekam kerinduan
Kabut putih melintasi jalanku
Jarak pandangku dua langkah ke depan
Ada seberkas cahaya menembus rimbun dedaun
Sanggupkah menerangi jalanku
Dan aku berharap kapankah kiranya
Sampai di puncak sana..
Aku pun bertanya siapa diriku
Aku kan bertanya, siapakah dia
Aku kan bertanya siapa mereka
Aku kan bertanya siapakah kita

No comments:

Post a Comment